Laman

Senin, 14 Maret 2011

Bismillahirrahmaanirrahiim
Kesempurnaan Organisme Seorang Manusia vs Manusia yang Berorganisasi
Oleh Laura Kosasi – 0910312125

Organisme berarti setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tanaman. Organisme manusia tentunya sebuah kesatuan segala hal yang berkenaan dengan seorang manusia. Sebagaimana yang kita ketahui, manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. “Sesungguhnya Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk,” begitu dijelaskan dalam kitab suci Alquran dalam surat At tin ayat 4. Dalam quran surat asy-syams ayat 7 pun dikatakan, “Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya.” Tidak dipungkiri sama sekali oleh siapapun kebenarannya. Oleh karena memang, betapa manusia diciptakan secara sempurna hingga sel-sel terkecilpun yang menyusun organismenya. Setiap sel yang menyusunnya saling bekerjasama sesuai fungsinya masing-masing untuk mewujudkan suatu kesempurnaan organisme manusia. Peran satu dengan yang lain memang berbeda, namun tak satupun yang tak ternilai perannya, karena kurang saja satu peran kecilpun, akan merusak kesempurnaan manusia tersebut.
Menurut Chester I. Bernard, organisasi adalah suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Ada tujuan yang akan dicapai dari organisasi yang dibentuk oleh sekelompok orang tersebut. Tentunya suatu tujuan yang sama. Untuk mewujudkan tujuan yang sama tersebut dibutuhkan peran dari semua orang yang ikut dalam kelompok tersebut. Seberapa kecilpun perannya tersebut. Hal ini akan mencerminkan kesuksesan orgasnisasi tersebut untuk mencapai tujuannya.
Dari sedikit pemaparan tentang pengertian organisme dan organisasi seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada suatu kesamaan antara 2 hal tersebut. Dimana poinnya terletak pada keduanya memiliki tujuan yang satu dan membutuhkan sebuah kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut.
Organisasi merupakan implementasi dari individu itu sendiri dalam bentuk hasil buah pikir manusia. Hal ini tidak lahir secara spontan, melainkan butuh sebuah proses kompleks yang memperdayakan segala aspek yang menyusunnya, sekecil apapun perannya di sana. Contohnya, analog dari peran orang-orang yang tergabung dalam sebuah organisasi dengan peran sel-sel pada sebuah organisme. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat dielakkan bahwa setiap individu membutuhkan organisasi. Karena apa? Karena fitrahnya manusia itu adalah suatu kompleks sistem kerjasama yang teratur dan kompak antara satu sama lain. Dalam kehidupan kampus, sebagai mahasiswa pun membutuhkan sebuah organisasi untuk mewujudkan sebuah cita-cita maupun tujuan yang besar.
Kini timbul pertanyaan, apa yang akan terjadi jika salah satu saja dari sistem itu tidak bekerja dengan baik? Atau seandainya ada sebuah kerusakan dari sebagian kecil yang akan berakibat pada terancamnya perwujudan dari tujuan yang telah disepakati sebelumnya? Tentu akan terjadi kegalauan dan kekacauan dalam sistem tersebut. Baik itu sistem organisme manusia, maupun organisasi yang dibentuknya. Akan tetapi, tentunya bagian dari kesatuan lain tidak akan membiarkan kerusakan terjadi, atau seandainya impian tidak tercapai. Yang lain akan senantiasa berusaha untuk sebisa mungkin mengkompensasi kekurangan atau kedisfungsionalitas bagian lainnya. Namun demikian, tak dapat dielakkan juga, berbagai kesenjangan dan kekurangan di sana sini walaupun secara garis besar dapat disebut berhasil.
Realita yang dihadapi oleh masalah organisasi kampus belakangan era reformasi ini yaitu ketidaklengkapan dari peran kumpulan bagian yang membentuknya. Ada saja yang bersifat patologis dalam sebuah organisasi. Tentunya, sekecil apapun peran dari bagian atau individu yang tidak menjalankan tugasnya tersebut akan berdampak negatif terhadap keberhasilan organisasi tersebut. Apakah masalahnya hanya, tidak datang rapat rutin tanpa kabar berita atau alasan yang jelas. Deadline amanah yang sering tidak ontime. Ketidaksinergisan antara satu sama lain karena masih belum saling mengenal lebih dekat. Ataupun masalah lainnya yang sering terjadi.
Hal ini dapat dianalogikan dengan kesatuan sistem tubuh manusia. contohnya saja, timbul suatu masalah terhadap seseorang. Misalnya, seseorang tersebut terluka karena terjatuh dari sepeda dan terjadi perdarahan di tungkai kanannya. Secara spontan, sistem koagulasi tubuh akan bekerja bagaimana agar perdarahan tersebut dihentikan dan meminimalisir keluarnya darah. Maka sistem koagulasi tubuh yang terdiri atas thrombosit, faktor-faktor yang mendukungnya seperti faktor ekstrinsik dan intrinsik, ikatan yang adekuat dengan pembuluh darah, enzim-enzim, serta zat-zat lain yang berperan dalam sistem tersebut akan, teraktivasi dan bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Keberhasilan tugas mereka tidaklah bergantung pada satu bagian saja, namun bergantung pada keseluruhan kerja dari masing-masing anggota sistem tersebut. Jika semua elemen dapat bekerja dengan baik, maka perdarahan dapat dihentikan dalam batas waktu normalnya yang disebut dengan pembekuan darah. Sebaliknya, satu fator saja yang tidak dapat berfungsi dengan baik, maka bisa saja akan memperlama waktu perdarahan, sehingga tubuh akan banyak kehilangan darah dan bisa saja terjadi syok hipovolemi.
Begitulah kerjasama sistem tubuh yang kompak dan cepat tanggap. Hal inilah yang hendaknya disadari oleh manusia sebagai insan yang hidup bersama. Bahwa dalam berorganisasi, janganlah pertanyakan apa yang saya dapatkan dari bergabung dengan organisasi ini, namun pertanyakan dan renungilah apa peran dan kontribusi saya untuk organisasi ini. Dengan demikian, jika semua bagian telah memiliki pola pikir yang sama seperti hal tersebut, maka setiap bagian akan mendapatkan sesuatu walaupun terkadang tanpa disadari. Satu pembelajaran yang tak dapat dibeli seharga apapun dan suatu saat akan sangat bermanfaat bagi individu tersebut untuk menjadi organisme manusia yang paripurna.
Inilah salah satu bentuk pembuktian kecil dari pepatah minang, alam takambang jadi guru. Semoga dapat diambil poin dari topik ini dan dapat bermanfaat.

Daftar pustaka
http://madoenayi.blogspot.com/2010/10/organisasi-menurut-chester-i-bernard.html
koesoemawati, herni,dkk(ed).2002.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta:EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar