Laman

Kamis, 07 Juli 2011

Anorexia Nervosa pada Remaja

Anoreksia adalah gangguan terhadap pola makan yang dikarenakan kekhawatiran penderita yang biasanya terjadi pada remaja untuk menjadi gemuk, walaupun tubuhnya sendiri sudah kurus. Menurut Wardlaw et.al., 1992, Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat karena ketakutan akan kegemukan dan bertambahnya berat badan.
Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga negara. Remaja sering kali disebut adolescence (adolescere dalam bahasa latin) yang secara luas berarti masa tumbuh dan berkembang untuk mencapai kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1995). Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 – 24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa remaja berlangsung pada umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Kasus anoreksia pada remaja semakin banyak terjadi seiring berkembangnya zaman. Hal ini juga disebabkan oleh perubahan pandangan serta pengaruh tren, sehingga para remaja pun terpengaruh pola pikirnya untuk mengikuti tren tersebut termasuk dalam hal pola makanan yang erat kaitannya dengan masalah gizi pada remaja tersebut.
Kebiasaan makan pada remaja menurut Bourne (1979) menyatakan remaja mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah atau sekolah, memilih makanan yang dianggap populer dan meningkatkan gengsi, serta mempunyai kebiasaan makan tidak teratur. Kebiasaan makan yang kurang baik pada remaja dan keinginan untuk terlihat langsing, khususnya pada remaja putri seringkali menimbulkan gangguan makan (eating disorder). Salah satunya adalah anorexia.
Pada masa remaja banyak anak, khususnya remaja putri, dengan berat badan normal tidak puas dengan bentuk dan berat badannya dan ingin menjadi lebih kurus. Pada remaja putri ini pada umumnya ingin mempunyai bentuk badan yang lebih langsing, ramping dan menarik. Untuk mencapai hal tersebut mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang justru tidak mereka sadari dapat membahayakan diri dan kesehatnnya. Agar tampak langsing dan menarik mereka tidak mau makan pagi, mengurangi frekuensi makan, bahkan melakukan diet yang berlebihan. Hal senada diungkapkan oleh Daniel dalam Arisman (2002) hampir 50 % remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja sebesar 89% yang meyakini kalau sarapan memang penting, namun yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan.
Penderita anoreksia sadar bahwa mereka merasa lapar namun, takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa ‘penuh’ atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian. Diperkirakan satu dari seratus remaja putri atau 1 % antara usia 12 tahun sampai 18 tahun mengalami anorexia nervosa. Hanya sedikit remaja pria yang mengalami anorexia nervosa sehubungan dengan gambaran tubuh laki-laki yang berbeda dengan wanita yaitu yang besar dan berotot.
Anorexia ini terutama menyerang remaja putri golongan sosial-ekonomi menengah ke atas, karena hal ini berhubungan dengan gaya hidup.
Pengaruh hormonal dari perilaku penderita anoreksia nervosa dapat mengakibatkan berkurangnya kadar hormon estrogen dan tiroid, serta meningkatnya kadar hormon kortisol. Penggunaan obat-obatan akan semakin memperparah kondisi kesehatan penderita.
Untuk itu, perlu perhatian penuh pada perkembangan remaja, agar tidak terpengaruh oleh pola pikir yang salah. Di sini dibutuhkan peran dari orang tua, guru, dan dukungan semua orang sekitarnya terutama teman-teman dan keluarga terdekat untuk memberikan dukungan dan perhatian penuh pada kelakuan remaja, terutama bagi remaja putri. Selain itu juga pemberian pemahaman yang tepat sejak masa awal remaja tentang pola hidup sehat dan seimbang.