Laman

Jumat, 27 Mei 2011

aL Khaulah_"327: Mari Saling Mengingatkan..

aL Khaulah_"327: Mari Saling Mengingatkan..

Mari Saling Mengingatkan..



Indikasi Futur
Jalasah Ruhiy bersama Ust. Irsyad, Sabtu, 21 Mei 2011

Sudah menjadi keniscayaan bahwa seorang Muslim yang beriman akan mengalami kondisi fluktuasi keimanan. Al imaanu yazid wa yanqush... Iman itu naik turun. Yang menjadi kewajibankita adalah bagaimana kita menjaga diri kita untuk dapat mengontrol fluktuasi tersebut. Di saat keimanan kita sedang naik, maka berusahalah sekuat tenaga untuk terus naik shingga titik tertinggi yang dapat kita raih. Akan tetapi, di saat iman itu sedang turun, maka berusahalah untuk menjaganya untuk tidak turun sebegitu turunnya, sebisanya tetap jaga di titik terendah saat itu, sehingga dapat disimpulkan, penurunan iman itu adalah di saat kita tidak dapat meningkatkan keimanan kita namun berusaha mempertahankannya di titik itu, tanpa turun sedikitpun.
Bagaimana kita mendiagnosis ruh kita sedang mengalami penurunan iman atau bahkan sedang mengalami kefuturan? Masya Allah, na’udzubillaahi min dzaalik. Nah, agar kita tidak terlarut dalam kefuturan kita, maka kita harus mengenal terlebih dahulu indikasi kefuturan tersebut. Dijelaskan oleh Al Ustadz Irsyad pada acara Jalasah Ruhiy Unand, indikasi kefuturan itu ada 6,
1.       Ekstrim dalam yang mubah
Contohnya dalam hal makan. Allah sangat membenci makhluk-Nya yang berlebih-lebihan dalam makan. Begitu juga dalam berhias, berpakaian, kita juga dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan. Rasulullah saw saja, kekasih Allah dan kaya harta dan kaya hati, sederhana dalam penampilannya.
2.       Berlebih-lebihan (terlalu freak) dalam agama
Contohnya, dalam beribadah sunat, kita dianjurkan juga menghargai sesama. Misalnya, kita disuruh menghentikan shalat sunah kita, jika kita dipanggil ibu kita. Truz seorang istri yang sedang berpuasa sunah, diperbolehkan berbuka, jika diminta oleh suaminya.
3.       Meninggalkan Jama’ah
Allah swt menyukai orang-orang yang berjamaah dan saling berpegang teguh. Rasulullah saw bersabda, “ Kalian harus berjamaah, dan tinggalkan perpecahan, dan syetan bersama orang-orang yang sendiri............ jika kamu mau masuk surga, maka janganlah tinggalkan jamaah.
4.       Minim dalam mengingat kampung akhirat (kematian)
Rasulullah bersabda, “ dahulu saya melarang kalian menziarahi qubur, maka sekarang datangilah”. Menzziarahi qubur di sini bukan bermaksud untuk meratapi keluarga kita yang telah mendahului kita, tapi untuk mengetuk pintu hati kita untuk senantiasa mengingat kematian. Untuk itu, kita boleh saja menziarahi quburan yang tidak kita kenal, justru kalau kita menziarahi qubur keluarga ataupun orang tua kita, akan menodai niat kita untuk menziarahi qubur itu.
Rasulullah saw berkata kepada para sahabat,”Malulah kepada Allah dengan cara jangan tidur di malam hari kecuali sebelumnya dengan mengingat kematian karena ia bisa saja tidak bangun setelah tidur, dan hendaklah menjaga perut dan isinya, menjaga kepala dan apa yang difikirkannya, serta hendaklah mengingat kematian.
5.       Lalai dalam amalan harian siang dan malam (amalan yaumi)
Contohnya sering tertidur saat shalat subuh, shalat isya yang terlewatkan karena kecapekan, minim shalat sunat (dhuha, QL, rawwatib,dll), minim infaq, tilawah kurang, minim dzikir, dll.
6.       Masuknya sesuatu yang haram ataupun yang shubhat ke dalam perut kita
Setiap Muslim harus berhati-hati terhadap hal-hal yang shubhat apalagi yang haram. Rasulullah bersabda, “ Barabg siapa yang jatuh kepada shubhat, maka ia akan jatuh kepada yang haram.
Nah, setelah kita mengenalnya, kita juga butuh tahu bagaimana tips-tips untuk meninggalkannya bukan? Dan bagaimana usaha kita untuk bersungguh-sungguh dan berazzam yang kuat untuk menghindarinya. Setidaknya ada 5 cara yang dapat kita lakukan untuk itu,
1.       Segera lepaskan diri dari perbuatan dosa
Dengan cara sadar akan perbuatan dosa kita, menyesali perbuatan itu, dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Jika dosa itu berhubungan dengan anak adam (manusia), maka selesaikanlah dosa tersebut dengannya.
2.       Segera lakukan dan rutinkan amalan-amalan yaumi
3.       Berusaha memantau dan tidak kebablasan terhadap waktu-waktu fadhilah (waktu yang diutamakan dalam beribadah)
Contohnya, berdo’a di saat antara adzan dan iqamah, saat sahur dan berbuka, 1/3 malam terakhir, hari arafah, bulan haram, dll.
Dari hasil sebuah penelitian, tubuh kita komposisinya mirip dengan bumi, 70% lebihnya terdiri atas air. Saat bulan purnama, air laut akan pasang karena adanya tarikan yang kuat dari bulan. Begitu juga manusia, akan lebih mudah labil dan emosinya lebih tidak terkontrol pada saat itu, maka dari itu kita disunahkan untuk berpuasa pada 3 hari pertengahan bulan, yakni tiap tanggal 13, 14, 15 bulan hijriyah. Pada saat gerhana, kita juga disunahkan untuk shalat gerhana, karena pada saat itu terjadi tarikan yang kuat antara bulan, bumi, dan matahari, karena mereka terlatak pada satu garis lurus.
4.       Thalabul ‘ilmi untuk menghindari sikap ekstrim dalam beragama
Sikap ekstrim atau berlebih-lebihan dalam agama, sering terjadi karena pemahaman agama yang parsial. Mereka belum memahami secara komplit, namun langsung mengambil keputusan yang terkadang terlalu berlebihan dan tidak sesuai sesungguhnya dalam syariah Islam itu sendiri. Untuk itu Rasulullah menyuruh kita untuk menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Dan Allah telah berjanji menaikkan derajat orang-orang yang menuntut ilmu beberapa tingkat.
5.       Selalu memperhatikan sunnatullah di alam semesta
Harus ada perubahan secara bertahap dari hari ke hari dalam hidup kita ke arah yang lebih baik. Tidak perlu berubah secara drastis, atau berevolusi dengan ekstrim. Seseorang yang bergerak dari -100 ke -95 tetap dinilai Allah swt. Justru, seseorang yang bergerak dari 0 ke -1 lebih jelek kedudukannya dibanding seseorang yang bergerak dari -100 ke -95. Karena, seseorang sedang bergerak ke arah yang lebih baik dan mendekati Allah, sedangkan yang lainnya sedang bergerak menjauhi Allah. Na’udzubillaah.
Wallahu’alam bisshawwab. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya. ‘afwan jiddan. Syukron jazakumullah khair. Wassalamu’alaikum wr.wb.